Masalah ban pada kendaraan juga membicarakan masalah nyawa. Pasalnya faktor keamanan kita ketika mengendarai kendaraan sangat ditentukan oleh kondisi ban. Selain itu harus disesuaikan pula dengan kondisi jalannya. Sebagai contoh, jika jalannya mulus, ban yang harus digunakan ban yang memiliki "kembang halus".
Mengapa demikian? Sebab struktur karet ban lebih bagus juga daya cengkeram ke aspal lebih baik. Berbeda dengan kembang kasar yang lunak. Kalau digunakan untuk jalan beraspal akan cepat habis, selain suaranya juga berisik.
Seperti dikutip dalam situs astraworld.com, jika ingin mencari kenyamanan berkendara, gunakan profil (aspect ratio) tebal saja (60, 65, 70). Sementara kalau memakai profil tipis (50, 45, 35) nilai lebihnya juga ada, karena pengendalian dan stabilitas juga lebih baik, di samping tampilan Boil menjadi gagah.
Namun minusnya, bantingan keras dan steer rada liar dikendalikan. Di jalan bergelombang, penumpang dan pengemudi akan merasakan getaran yang kuat. Kalau mau, agar pelek tidak kena benturan, cari yang dindingnya menggelembung seperti ban donat.
Begitu pula saat membeli ban, jangan tergiur karena harga ban tersebut murah. Ada pula ban yang sudah lama disimpan hingga kadaluwarsa, padahal telapaknya masih utuh. Jika kelamaan disimpan, ban bisa jadi keras dan kering. Akibatnya mudah pecah.
Ini yang kerap menyebabkan ban Boil meledak sewaktu Boil berjalan atau kelebihan beban. Khusus untuk ban impor, mudah dilihat pada kode yang ada di dindingnya. Yakni, ada cap DOT (Department of Transportation), ukuran ban, nomor produksi, tipe, dan bahan ban.
DOT ini merupakan standar internasional, supaya konsumen mendapatkan jaminan. Misalnya, DOT 185. Dua angka di depan menunjukkan minggu dan satu angka di belakang menunjukkan tahun pembuatan. Jadi, ban tersebut dibuat di minggu ke 18 atau bulan Maret 1995.
Di sisi lain, untuk melihat keausan ban, mudah saja. Pada permukaan alur pembuangan air di ban terdapat tanda benjolan setinggi kurang lebih 1,2 mm. Namanya TWI (Thread Wear Indicator). Kalau permukaan ban sudah rata dengan indikator ini, maka ban harus diganti. Cara mengukur kedalaman kembang bisa menggunakan uang logam atau penggaris yang diselipkan di antara celah kembang atau alur.
Jangan lupa periksalah ukuran tekanan angin ban pada waktu ban dingin. Itu penting karena tekanan angin sangat vital dalam pengendalian dan berpengaruh terhadap umur ban. Jangan percaya untuk memberi rasa nyaman berkendara, dengan cara mengurangi tekanan angin. Kita tahu bahwa ban yang rada kempes memperpendek umur, karena lebih cepat mengalami kebotakan.
Kenapa ban cepat botak? Karena, bidang sentuh dengan permukaan jalan lebih lebar dan keausan menjadi tidak merata, khususnya pada bahu ban. Selain itu, lapisan bisa terpotong dari karetnya, dinding ban retak, dan penggunaan BBM jadi rada boros.
Begitu pula sebaliknya, kelebihan angin pun tidak bagus karena bannya menjadi keras. Bahkan kemampuan ban meredam guncangan menjadi berkurang pula. Dalam kondisi seperti itu, Boil cenderung selip ke samping. Bahkan ban bisa pecah bila mengalami benturan. Dampak lainnya ban bagian tengah akan cepat aus dari pada bahunya.
Mengapa demikian? Sebab struktur karet ban lebih bagus juga daya cengkeram ke aspal lebih baik. Berbeda dengan kembang kasar yang lunak. Kalau digunakan untuk jalan beraspal akan cepat habis, selain suaranya juga berisik.
Seperti dikutip dalam situs astraworld.com, jika ingin mencari kenyamanan berkendara, gunakan profil (aspect ratio) tebal saja (60, 65, 70). Sementara kalau memakai profil tipis (50, 45, 35) nilai lebihnya juga ada, karena pengendalian dan stabilitas juga lebih baik, di samping tampilan Boil menjadi gagah.
Namun minusnya, bantingan keras dan steer rada liar dikendalikan. Di jalan bergelombang, penumpang dan pengemudi akan merasakan getaran yang kuat. Kalau mau, agar pelek tidak kena benturan, cari yang dindingnya menggelembung seperti ban donat.
Begitu pula saat membeli ban, jangan tergiur karena harga ban tersebut murah. Ada pula ban yang sudah lama disimpan hingga kadaluwarsa, padahal telapaknya masih utuh. Jika kelamaan disimpan, ban bisa jadi keras dan kering. Akibatnya mudah pecah.
Ini yang kerap menyebabkan ban Boil meledak sewaktu Boil berjalan atau kelebihan beban. Khusus untuk ban impor, mudah dilihat pada kode yang ada di dindingnya. Yakni, ada cap DOT (Department of Transportation), ukuran ban, nomor produksi, tipe, dan bahan ban.
DOT ini merupakan standar internasional, supaya konsumen mendapatkan jaminan. Misalnya, DOT 185. Dua angka di depan menunjukkan minggu dan satu angka di belakang menunjukkan tahun pembuatan. Jadi, ban tersebut dibuat di minggu ke 18 atau bulan Maret 1995.
Di sisi lain, untuk melihat keausan ban, mudah saja. Pada permukaan alur pembuangan air di ban terdapat tanda benjolan setinggi kurang lebih 1,2 mm. Namanya TWI (Thread Wear Indicator). Kalau permukaan ban sudah rata dengan indikator ini, maka ban harus diganti. Cara mengukur kedalaman kembang bisa menggunakan uang logam atau penggaris yang diselipkan di antara celah kembang atau alur.
Jangan lupa periksalah ukuran tekanan angin ban pada waktu ban dingin. Itu penting karena tekanan angin sangat vital dalam pengendalian dan berpengaruh terhadap umur ban. Jangan percaya untuk memberi rasa nyaman berkendara, dengan cara mengurangi tekanan angin. Kita tahu bahwa ban yang rada kempes memperpendek umur, karena lebih cepat mengalami kebotakan.
Kenapa ban cepat botak? Karena, bidang sentuh dengan permukaan jalan lebih lebar dan keausan menjadi tidak merata, khususnya pada bahu ban. Selain itu, lapisan bisa terpotong dari karetnya, dinding ban retak, dan penggunaan BBM jadi rada boros.
Begitu pula sebaliknya, kelebihan angin pun tidak bagus karena bannya menjadi keras. Bahkan kemampuan ban meredam guncangan menjadi berkurang pula. Dalam kondisi seperti itu, Boil cenderung selip ke samping. Bahkan ban bisa pecah bila mengalami benturan. Dampak lainnya ban bagian tengah akan cepat aus dari pada bahunya.
No comments:
Post a Comment