Cerita 1
Seorang wartawan citynews menghentikan kendaraannya ketika melihat kerumunan. Sepertinya ada kecelakaan. Karena begitu banyak orang mengerumuni korban, ia tidak bisa melihat kondisinya. Lalu muncul ide.
"Minggir, minggir, saya ayahnya korban!"
Langsung saja kerumunan membuka jalan, semua orang melihat pada dirinya.
Sang wartawan tersenyum dalam hati, ternyata strateginya berhasil.
Ia bisa menembus kerumunan dengan mudah. Wah saya memang wartawan penuh strategi, pikirnya bangga.
Ketika ia melihat korban, ternyata yang tergeletak adalah SEEKOR MONYET korban tabrak lari.
Cerita 2
Seorang guru ditangkap karena melanggar lampu merah.
Ketika berada di pegadilan, ia menceritakan kenapa ia melanggar lampu merah.
Nampaknya hakim tidak begitu peduli dengan bagaimana kasusnya, ia justru peduli dengan profesi sang pelanggar hukum.
"Apa profesi Anda?" Tanya sang hakim
"Saya Guru" jawab sang pelnaggar lampu merah.
"Ha ha ha, sudah 20 tahun lebih saya jadi hakim, saya belum pernah menghakimi seorang guru. Saya sudah tunggu-tuinggu masa ini. Ayo sekarang Bapak Guru, silahkan tulis 'saya tidak akan melanggar lampu merah lagi' sebanyak 1000 kali, sebagai bentuk hukumannya" seru Sang Hakim bagga, puas karena dendam masa lalunya terbayarkan.
Cerita 3
Seorang polisi lalu lintas yang baru saja bertugas di hari pertama didampingi seorang senior untuk penilaian uji kelayakan tugas di lapangan.
Tiba-tiba di satu jalan ia melihat orang berkerumun.
Wah tentu saja ini merupakan pengalaman baru yang akan menyenangkan.
Ia juga ingin mendapat penilaian bagus dari senior pendampingnya atas keberaniannya.
Segera ia mendatangi kerumunan dan membubarkannya.
"Ayo bubar-bubar, ada apa ini, saya polisi!" katanya.
Semua langsung bubar ketakutan. Sang polisi muda bangga karena berhasil menujukkan wibawanya. Tapi ternyata ia tidak melihat ada apa-apa.
Sang senior datang dan menepuk pundaknya
"Hebat ya kamu, baru pertama kali saya lihat ada polisi yang membubarkan orang sedang menunggu bis!"
Humor dan Hikmah
Kisah di atas hanya serpihan dari berbagai kisah bagaimana sebuah profesi bisa disalahgunakan.
Semua profesi sebenarnya punya peran, punya kekuatan, dan bisa digunakan untuk kebaikan atau keburukan.
Wartawan punya kekuatan dengan beritanya, ia bisa mempengaruhi opini masyarakat. Jika ia gunakan untuk membawa masyarakat pada kebaikan, maka akan memberi kebaikan, tapi jika digunakan sebagai corong kekuasaaan maka akan melegitimasi kekuatan politik.
Demikian juga penulis, pembicara, guru, dosen, dsb.
Hakim punya kekuatan untuk memperjuangkan keadilan. Seandainya semua hakim benar-benar memperjuangkan keadilan, maka makmurlah negeri ini.
Tapi ada juga oknum hakim yang menggunakan kekuasaaannya untuk kepentingan pribadi. Seperti contoh di atas, ia gunakan untuk membalas masa lalunya yang pernah dihukum guru dan dia balas ke guru manapun.
Polisi juga punya kekuatan untuk menegakkan keadilan. Jika semua polisi menjalankan tugas dengan profesional, maka amanlah negeri ini dan semua hidup dengan nyaman.
Demikian juga dengan tentara, pemadam kebakaran, petugas keamanan, dsb.
Jadi semua pekerjaaan punya kekuatan, punya peran untuk membangun sendi-sendi bangsa.
Tugas kita menjalankan tugas-masing masing secara profesional, bersinergi, untuk kemajuan bangsa.
Satu lagi, jangan gunakan wewenang yang di amanatkan untuk kepentingan pribadi.
Jika ada penyalahgunaaan wewenang, maka akan ada korbannya, masyarakat atau diri sendiri.
Apapun profesi Anda, berapapun Anda digaji, jika Anda sudah terima itu sebagai profesi, maka jalanilah dengan sepenuh Hati. No Excuse!
Di buku No Excuse Anda juga bisa lihat mereka yang mempunyai dedikasi tinggi sekalipun gaji mereka rendah, tapi justru itu membawa mereka ke puncak kesuksesan.
No comments:
Post a Comment